Selasa, 09 April 2013

Tugas 1 Kesehatan Mental



Kesehatan Berdasarkan Dimensinya

            Menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Adapula kesehatan berdasarkan dimensinya yaitu :
ADimensi Emosi
Seseorang dinyatakan sehat secara dimensi adalah seseorang yang dapat mengontrol atau mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya, seperti marah, dan kesal secara berlebihan. Termasuk dalam dimensi emosi, karena dapat mengontrol emosinya.


B. Dimensi Intelektual
Seseorang yang dapat memecahkan masalahnya dengan tenang, merupakan orang yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, mengendalikan kecedasannya untuk berfikir baik maupun buruk. Bagian ini termasuk dalam dimensi intelektual karna menggambarkan kecerdasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.


C. Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dalam ruang lingkup yang baik tanpa membedakan suku, ras, kepercayaan, status sosial, ekonomi dan sebagainya. Kesehatan sosial adalah seseorang yang dapat berinteraksi dengan baik kepada masyarakat dilingkungannya.

D. Dimensi Fisik
Seseorang dapat dinyatakan sehat fisik apabila dia tidak merasa dan mengeluh sakit dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami ganguan.

E. Dimensi Spiritual
Spiritual adalah kehidupan kerohanian. Spiritual sehat tercemin dari cara seseorang dalam mengekspersikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dilihat dari praktik keagamaan seseorang karena mereka mempunyai pikiran yang jernih dan tidak melakukan hal-hal dalam luar batas dan juga berpikir secara rasional.


Kesimpulan : Kesehatan mental mencakup 3 komponen yaitu fisik, intelektual dan emosional yang baik dan berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Secara fisik dilihat dari keadaan fisik yang tidak terlihat sakit, secara intelektual dengan cara berfikir orang tersebut dan secara emosional terhadap suatu masalah yang dihadapi.


                                                                                                                 

Teori Perkembangan Kepribadian

            1. Teori menurut Erik Erikson
            Erikson menggunakan tahap perkembangan psikososial yang berawal dari tahapan pertama yaitu pada masa bayi, periode ini meliputi kurang lebih setahun pertama kehidupan dan paralel dengan fase oral dalam perkembangan menurut freud. Bagi Erikson masa bayi adalah masa pembentukan, dimana  bayi menerima bukan hanya melalui mulut danum juga melalui organ indra lainnya. Tahapan kedua adalah kanak-kanak awal, periode yang paralel dengan tahap anal Freud dan meliputi kurang lebih tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan. Freud menganggap anus sebagai zona yang paling memberikan kepuasanseksual bila tersentuh (erogenous) selama periode ini dan selama dase anal-sadistis awal, anak-anak dapat membdapatkan  kesenangan dengan menghancurkan atau menghilangkan objek dan nantinya mereka mendapat kesenangan dengan membuang air besar. Bagi Erikson anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai otot sirkular yang dapat berkontraksi, namun juga menguasai fungsi tubuh lainnya, seperti buang air kecil, jalan, memegang dan seterusnya. Tahapan ketiga yaitu usia bermain, periode yang meliputi waktu yang sama dengan fase falik, sekitar usia 3 sampai 5 tahun. Erikson percaya bahwa Oedipus complex hanya merupakan perkembangan penting selama usia bermain. Erikson menyatakan bahwa selain menidentifikasikan diri dengan orang tua mereka, anak-anak usia prasekolah mngembangkan daya gerak, keterampilan berbicara, keingintahuan, imajinasi, dan kemampuan untuk menentukan tujuan. Tahap keempat adalah usia sekolah, periode ini mulai dari usia 6tahun hingga sekitar usia 12 atau 13 tahun dan cocok dengan tahun-tahun masa laten dalam teori Freud. Usia sekolah bukan berarti harus sekolah formal. Dalam budaya pandai baca dan tulis kotemporer, sekolah dan guru profesional memainkan peranan utama dalam pendidikan anak, sedangkan pada masyarakat yang belum bisa baca-tulis, orang dewasa menggunakan metode efektif yang kurang formal, namun efektif untuk mengajarkan anak-anak mereka mengenai masyarakat. Tahap kelima yaitu remaja, periode ini dari pubertas hingga masa dewasa muda, merupakan salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial kerena akhir periode ini seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Erikson melihat remaja sebagai perode latensi sosial, seperti ia melihat usia sekolah sebagai periode latensi seksual. Mereka diijinkan untuk mengalami berbagai cara untuk mencapai rasa ego indentitas. Jadi, remaja adalah fase adaptif dari perkembangan kepribadian atau periode mencoba-coba. Tahapan keenam adalah dewasa muda, masa dari sekitar usia 19 sampai 30 tahun – tidak ada batasan waktu, namun dimulai dengan adanya keintiman di awal tahapan dan perkembangan generativitas di akhir. Tahapan ketujuh yaitu dewasa, masa dimana manusia mulai mengambil bagian dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh masyarakat. Tahapan kedelapan adalah tahap usia lanjut yaitu, berusia sekitar 40 tahun ketika ia pertama kali memikirkan konsep tahapan ini dan semena-mena mendefinisikan usia lanjut sebagai periode dari usia 60 tahun sampai akhir kehidupan.


            2. Teori Sigmund Freud
           
            Meskipun Freud tidak banyak berpengalaman langsung dengan anak-anak termasuk dengan anaknya sendiri, teori perkembangannya nyaris seluruhnya membahas tentang masa kanak-kanak awal. Bagi Freud empat atau lima tahun pertama dalah tahap infantile, sangat penting bagi pembentukan kepribadian. Tahap ini dilanjutkan dengan enam sampai tujuh tahun periode laten dimana pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian pada masa puber mulailah kehidupan seksual dengan tahapan genital. Perkembangan psikoseksual kemudian mencapai puncaknya pada kedewasaan.
            Periode infantil, Freud membagi ke dalam tiga fase yang pertama fase oral dimana pada masa ini mulut merupakan organ pertama yang memberikan kesenangan pada bayi. Fase kedua adalah fase anal yaitu dorongan agresif yang pada tahun pertama kehidupan terwujud dalam bentuk sadisme oral. Dorongan ini berkembang lebih utuh di tahun kedua, saat anus muncul sebagai zona yang memberikan kepuasan seksual. Fase ketiga adalah fase falik terjadi pada kira-kira tahun ke-3 atau tahun ke 4. Fase falik yaitu masa di mana wilayah genital menjadi zona erogen utama. Tahap ini pertama kalinya lewat dikotomi antara perkembangan pria dan wanita.
            Periode laten, Freud meyakini bahwa pada tahun ke-4 dan ke-5 sampai masa puber, baik anak laki-laki maupun perempuan lazimnya, tetapi tidak selalu melalui periode perkembangan psikoseksual yag nonaktif. Fase laten ini sebagian dimunculkan oleh upaya orang tua menghukum atau mencegah aktivitas seksual. Apabila orang tua berhasil menekan aktivitas ini, maka anak akan merepresi dorongan seksual mereka dengan mengarahkan energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, serta aktivitas-aktivitas nonseksual lainnya.
            Periode genital, masa puber menandai penyadaran kembali atas tujuan seksual dan mulainya periode genital. Selama masa puber kehidupan seksual seseorang memasuki fase keduanya yang mempunyai sederetan perbedaan mendasar dari periode infantil.
            Kematangan, periode genital dimulai pada saat pubertas dan berlanjut di sepanjang hidup individu. Pada periode ini, seseorang mencapai kematangan fisiknya. Sebagai tambahan pada fase genital, Freud mengungkapkan, tetapi tidak pernah sepenuhnya mengonseptualisasikan adanya periode kematangan psikologis.


           

3. Teori menurut Gordon Allport

Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.


Daftar Pustaka

Gordon allport tokoh psikologi http://www.psychologymania.com/2010/03
Feist, J & Feist (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

0 komentar:

Posting Komentar