Kesehatan Berdasarkan Dimensinya
Menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Adapula kesehatan berdasarkan
dimensinya yaitu :
A. Dimensi Emosi
Seseorang
dinyatakan sehat secara dimensi adalah seseorang yang dapat
mengontrol atau mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya, seperti marah,
dan kesal secara berlebihan. Termasuk
dalam dimensi emosi, karena dapat mengontrol emosinya.
B. Dimensi
Intelektual
Seseorang yang dapat
memecahkan masalahnya dengan tenang, merupakan orang yang mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri,
mengendalikan kecedasannya untuk berfikir baik maupun buruk. Bagian ini termasuk dalam
dimensi intelektual karna menggambarkan kecerdasan dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
C. Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam berinteraksi
atau berhubungan dengan orang lain dalam ruang lingkup yang baik tanpa membedakan suku, ras,
kepercayaan, status sosial, ekonomi dan sebagainya. Kesehatan sosial adalah
seseorang yang dapat berinteraksi dengan baik kepada masyarakat
dilingkungannya.
D. Dimensi Fisik
Seseorang
dapat dinyatakan sehat fisik apabila dia tidak merasa dan mengeluh sakit dan
memang secara objektif tidak tampak sakit. Organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami ganguan.
E. Dimensi Spiritual
Spiritual adalah kehidupan kerohanian. Spiritual sehat tercemin dari cara
seseorang dalam mengekspersikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dilihat
dari praktik keagamaan seseorang karena mereka mempunyai pikiran yang
jernih dan tidak melakukan hal-hal dalam luar batas dan juga berpikir secara
rasional.
Kesimpulan
: Kesehatan mental mencakup 3 komponen yaitu fisik, intelektual dan emosional yang
baik dan berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Secara fisik dilihat dari
keadaan fisik yang tidak terlihat sakit, secara intelektual dengan cara
berfikir orang tersebut dan secara emosional terhadap suatu masalah yang
dihadapi.
Teori Perkembangan
Kepribadian
1. Teori menurut Erik Erikson
Erikson menggunakan tahap perkembangan psikososial yang
berawal dari tahapan pertama yaitu pada masa bayi, periode ini meliputi kurang
lebih setahun pertama kehidupan dan paralel dengan fase oral dalam perkembangan
menurut freud. Bagi Erikson masa bayi adalah masa pembentukan, dimana bayi menerima bukan hanya melalui mulut danum
juga melalui organ indra lainnya. Tahapan kedua adalah kanak-kanak awal, periode
yang paralel dengan tahap anal Freud dan meliputi kurang lebih tahun kedua dan
ketiga dalam kehidupan. Freud menganggap anus sebagai zona yang paling
memberikan kepuasanseksual bila tersentuh (erogenous) selama periode ini dan
selama dase anal-sadistis awal, anak-anak dapat membdapatkan kesenangan dengan menghancurkan atau
menghilangkan objek dan nantinya mereka mendapat kesenangan dengan membuang air
besar. Bagi Erikson anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai
otot sirkular yang dapat berkontraksi, namun juga menguasai fungsi tubuh
lainnya, seperti buang air kecil, jalan, memegang dan seterusnya. Tahapan
ketiga yaitu usia bermain, periode yang meliputi waktu yang sama dengan fase
falik, sekitar usia 3 sampai 5 tahun. Erikson percaya bahwa Oedipus complex
hanya merupakan perkembangan penting selama usia bermain. Erikson menyatakan
bahwa selain menidentifikasikan diri dengan orang tua mereka, anak-anak usia
prasekolah mngembangkan daya gerak, keterampilan berbicara, keingintahuan,
imajinasi, dan kemampuan untuk menentukan tujuan. Tahap keempat adalah usia
sekolah, periode ini mulai dari usia 6tahun hingga sekitar usia 12 atau 13
tahun dan cocok dengan tahun-tahun masa laten dalam teori Freud. Usia sekolah
bukan berarti harus sekolah formal. Dalam budaya pandai baca dan tulis
kotemporer, sekolah dan guru profesional memainkan peranan utama dalam
pendidikan anak, sedangkan pada masyarakat yang belum bisa baca-tulis, orang
dewasa menggunakan metode efektif yang kurang formal, namun efektif untuk
mengajarkan anak-anak mereka mengenai masyarakat. Tahap kelima yaitu remaja,
periode ini dari pubertas hingga masa dewasa muda, merupakan salah satu tahapan
perkembangan yang paling krusial kerena akhir periode ini seseorang harus sudah
mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Erikson melihat remaja sebagai
perode latensi sosial, seperti ia melihat usia sekolah sebagai periode latensi
seksual. Mereka diijinkan untuk mengalami berbagai cara untuk mencapai rasa ego
indentitas. Jadi, remaja adalah fase adaptif dari perkembangan kepribadian atau
periode mencoba-coba. Tahapan keenam adalah dewasa muda, masa dari sekitar usia
19 sampai 30 tahun – tidak ada batasan waktu, namun dimulai dengan adanya
keintiman di awal tahapan dan perkembangan generativitas di akhir. Tahapan
ketujuh yaitu dewasa, masa dimana manusia mulai mengambil bagian dalam
masyarakat dan menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh
masyarakat. Tahapan kedelapan adalah tahap usia lanjut yaitu, berusia sekitar
40 tahun ketika ia pertama kali memikirkan konsep tahapan ini dan semena-mena
mendefinisikan usia lanjut sebagai periode dari usia 60 tahun sampai akhir
kehidupan.
2. Teori Sigmund Freud
Meskipun Freud tidak banyak berpengalaman langsung dengan
anak-anak termasuk dengan anaknya sendiri, teori perkembangannya nyaris
seluruhnya membahas tentang masa kanak-kanak awal. Bagi Freud empat atau lima
tahun pertama dalah tahap infantile, sangat penting bagi pembentukan
kepribadian. Tahap ini dilanjutkan dengan enam sampai tujuh tahun periode laten
dimana pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian pada masa puber
mulailah kehidupan seksual dengan tahapan genital. Perkembangan psikoseksual
kemudian mencapai puncaknya pada kedewasaan.
Periode infantil, Freud membagi ke dalam tiga fase yang
pertama fase oral dimana pada masa ini mulut merupakan organ pertama yang
memberikan kesenangan pada bayi. Fase kedua adalah fase anal yaitu dorongan
agresif yang pada tahun pertama kehidupan terwujud dalam bentuk sadisme oral.
Dorongan ini berkembang lebih utuh di tahun kedua, saat anus muncul sebagai
zona yang memberikan kepuasan seksual. Fase ketiga adalah fase falik terjadi
pada kira-kira tahun ke-3 atau tahun ke 4. Fase falik yaitu masa di mana
wilayah genital menjadi zona erogen utama. Tahap ini pertama kalinya lewat dikotomi
antara perkembangan pria dan wanita.
Periode laten, Freud meyakini bahwa pada tahun ke-4 dan
ke-5 sampai masa puber, baik anak laki-laki maupun perempuan lazimnya, tetapi
tidak selalu melalui periode perkembangan psikoseksual yag nonaktif. Fase laten
ini sebagian dimunculkan oleh upaya orang tua menghukum atau mencegah aktivitas
seksual. Apabila orang tua berhasil menekan aktivitas ini, maka anak akan
merepresi dorongan seksual mereka dengan mengarahkan energi psikisnya ke
sekolah, teman, hobi, serta aktivitas-aktivitas nonseksual lainnya.
Periode genital, masa puber menandai penyadaran kembali
atas tujuan seksual dan mulainya periode genital. Selama masa puber kehidupan
seksual seseorang memasuki fase keduanya yang mempunyai sederetan perbedaan
mendasar dari periode infantil.
Kematangan, periode genital dimulai pada saat pubertas
dan berlanjut di sepanjang hidup individu. Pada periode ini, seseorang mencapai
kematangan fisiknya. Sebagai tambahan pada fase genital, Freud mengungkapkan,
tetapi tidak pernah sepenuhnya mengonseptualisasikan adanya periode kematangan
psikologis.
3. Teori menurut Gordon
Allport
Secara
umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori
Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk
yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu
”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan
menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan
salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori
Allport.
Kepribadian
manusia menurut Allport adalah organisasi
yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian
Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang
sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi
kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi
adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk
identitas diri kita.
Dalam teori Allport juga
memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke
belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini
sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
Daftar
Pustaka
Psikoanalisis http://id.wikipedia.org/wiki
Gordon allport tokoh
psikologi http://www.psychologymania.com/2010/03
Feist, J & Feist
(2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika
0 komentar:
Posting Komentar