Kamis, 06 Juni 2013

TUGAS KESMEN 3


Tugas 3
PSIKOLOGI KESEHATAN MENTAL




                                                NAMA            : Septia Nurmila
                                                NPM               : 16511681
                                                KELAS           : 2PA06


                                                FAKULTAS PSIKOLOGI
                                            UNIVERSITAS GUNADARMA








STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.


1.      Introvert dan Ekstrovert

Konsep tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pertama sekali dikemukakan oleh Carl Gustaf Jung. Jung  mengungkapkan konsep jiwa sebagai dasar pembagian tipe kepribadian.
Konsep sikap jiwa dijelaskan sebagai arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan arah orientasi manusia terhadap dirinya, dapat keluar ataupun ke dalam. Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu: manusia yang bertipe introvert dan manusia yang bertipe ekstrovert.
Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 1993) dapat diuraikan ciri-ciri tipe kepribadian Jung tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Ciri Kepribadaian Ekstrovert :
·         Senang berbicara
·         Mudah menjalin hubungan dengan orang lain
·         Mudah mengekspresikan perasaan
·         Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain
·         Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain
·         Aktif dan enerjik
·         Lebih banyak berbicara daripada mendengar
·         Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal
·         Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja
Ciri Kepribadian Introvert :
·         Senang berdiam diri
·         Lebih senang berpikir
·         Suka menarik diri
·         Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu
·         Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu
·         Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati
·         Menyatakan diri secara perlahan-lahan
·         Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri
·         Sering menahan emosi



2.      Fleksibel dan Rigid

Fleksibilitas (Flexibility) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok. Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan yang berbeda dan bertentangan mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya karena suatu perubahan situasi, dan dapat menerima dengan mudah perubahan dalam organisasinya. Tipe orang yang feksibel adalah mereka yang selalu tepat mengkondisikan diri, dimana mereka ada, mudah menyesuaikan diri, luwes, dan tidak kaku. mudah bergaul dengan lingkungan tetapi tetap memiliki idealisme.           
Rigid adalah ketidak mampuan beradaptasi dengan cenderung terlihat kaku pada saat beradaptasi dengan lingkungan. Tipe orang yang terlihat kaku, tidak luwes dan sulit untuk bergaul. Sehingga stress akan mudah datang karna tidak adanya keterbukaan terhadap orang lain.

3.      over activity/agresif

Pribadi yang over activity adalah mereka yang terlalu agresif dalam menuangkan segala suasana hati, bahkan sampai berlebihan dalam menghadapi kondisi lingkup sosial. Agresif adalah  tingkah laku baik verbal maupun fisikal yang ditujukan kepada orang lain dan kepada harta benda orang lain dengan tujuan menyakiti, merusak dan menghancurkan.

4.       Kecakapan
            Pribadi yang sehat tentu memiliki kecakapan dalam menyesuaikan diri, tidak hanya sekedar itu ia memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan sehat, berkualitas, dan tidak kaku dalam segala kondisi. Penyesuaian diri yang baik serta mampu beradaptasi dengan lingungan secara cepat.

5.      Nilai dan kebutuhan:
Sosialisasi ; bagaimana manusia atau pribadi bersosialisasi dan beriteraksi dengan masalah sebagai sesuatu kebutuhan sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, dalam menyelesaikan masalah, gotong royong dan sebagainya.
Adaptasi : manusia tentu harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan atau agar ia bisa diterima dalam lingkungan kemasyarakatan.
Internalisasi : Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku

6.      Reaksi stress : flight or fight

         Reaksi terhadap stress seringkali diungkapkan dengan berbagai bentuk perilaku, atau bagaimana manusia tersebut menyikapi stress, tentulah sebagai pribadi yang sehat, akan menyikapinya dengan menghadapi dan berusaha menyelesaikannya, bukan menghindar dan menjauhinya yang justru dimasa yang akan datang bisa muncul kembali masalah yang sama. Reaksi stress flight yaitu energi penyesuaian terkuras dan individu tersebut tidak dapat mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian. Akan timbul gejala penyesuaian diri seperti sakit kepala, bisul, kolistis, bahkan kematian dapat terjadi .
Sedangkan fight reaksi stress yang pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stres akan menurun, tubuh akan dengan cepat normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasannya untuk beradaptasi.

7.      Teknik penenagan fikiran  


·         Meditasi : Menurut penelitian meditasi selama 15 menit dapat menurunkan level stress sebanyak 25 persen.
·         Autogenik : Relaksasi jenis ini dilakukan dengan menggunakan kedua bayangan visual dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres. Seseorang dapat mengulangi kata-kata atau saran dalam pikiran untuk merilekskan dan mengurangi ketegangan otot. Lakukan latihan ini secara teratur dan anda akan merasakan manfaatnya terhadap kondisi fisik dan psikis anda. Latihan ini sebaiknya dilakukan dalam kondisi yang tenang serta perlahan-lahan. Selama latihan, anda perlu tetap konsentrasi. Jika ada pikiran lain yang datang, biarkan saja namun tetap konsentrasi pada instruksi.
·         Neuromuscular : Suatu program yang terdiri dari latihan-latihan yang sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen sistem saraf yang mngendalikan aktivitas otot. Dalam bahasa indonesia Neuro adalah saraf yang berfungsi menerima sensor dan muskeler adalah otot sebuah jaringan dalam tubuh.


8.      Pengalaman stress positif dan negatif

            Pengalaman stress positif yang saya pernah alami pada saat saya menghadapi perlombaan menari. Saya merasa stress karna perlombaan akan dilaksanakan sedangkan saya hanya latihan dengan waktu yang tidak lama dan tidak ada persiapan. Selama saya mengalami stress memikirkan apa yang saya lakukan, apakah saya bisa, dan saya takut tarian saya tidak bagus seperti yang lain saya jadi memakan makanan yang porsinya tidak seperti biasanya, sehingga saya terlihat gemuk selama menjelang paerlombaan tersebut.
            Pengalaman stress negatif yang saya pernah alami yaitu pada saat saya menjelang ujian, saya selalu merasa takut bukan karena takut terhadap soalnya tapi takut apakah saya bisa mengerjakan dengan benar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Selama hari-hari menjelang ujian saya sakit karna pikiran yang selalu terfokus kepada ujian. Sehingga makan saya tidak teratur dan saya terkena penyakit vertigo karena pola makan yang tidak teratur.





sumber :

http://www.psychologymania.com/2012/05
http://www.psychologymania.com/2012/06
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756






0 komentar:

Posting Komentar