Selasa, 30 April 2013

Tugas 2 Kesehatan Mental


Teori Psikoanalisa

1.      Biografi Carl Jung
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Danau Constance Swis. Ayah Jung, Johann Paul Jung, seorang pejabat dalam pembentukan gereja swis. Ibunya, Emilie Preiswerk Jung, adalah anak dari ahli teologi.orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra lahir sebelum Carl, hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri yang usianya lebih muda sembilan tahun dari Jung. Jadi, pada tahun-tahun awal kehidupannya Jung merupakan anak satu-satunya.
Profesi pertama yang dipilih oleh Jung adalah arkeologi, tetapi ia juga tertarik pada bidang filologi, sejarah, filsafat, dan ilmu alam. Terlepas dari latar belakang kebangsawanannya Jung tidak memiliki banyak sumber keuangan. Oleh karena itu, Jung terpaksa bersekolah di dekat rumahnya dan masuk Universitas Basel. Pada tahun pertama Jung disekolah kedokteran, ayahnya meninggal dunia dan meninggalkan Jung dalam pengasuhan ibu dan saudara perempuannya. Setelah memperoleh gelar kedokteran pada tahun 1900 dari Universitas Basel, Jung menjadi asisten psikiater Eugene Bleuler di Rumah Sakit Jiwa Burgholtzi di Zurich. Pada tahun 1902-1903 Jung belajar selama enam bulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Chacot. Ketika kembali ke Swiss di tahun1903 Jung menikahi Emma Rauschenbach, wanita muda dari keluarga Swiss yang terpandang. Meskipun Jung sering bepergian untuk mempelajari kepribadian, ia tetap warga negara Swiss yang berkarya di Kusnacht, dekat Zurich. Ia dan istrinya yang dulunya juga seoranf analis, memiliki lima orang anak yaitu empat putri dan satu putra. Dulunya Jung beragama kristen, tetapi tidak pernah ke gereja. Hinya antara lain mengukir kayu, memotong batu, berlayar di Danau Constance. Jung juga menjaga minatnya pada kimia, arkeologi, Gnostisisme, filsafat timur, sejarah, agama, mitologi dan etnologi
Pada tahun1944 Jung mengajar psikologi kedokteran di Universitas Basel. Akan tetapi karena kesehatannya memburuk, ia harus mengundurkan diri di tahun berikutnya. Setelah kematian istrinya di tahun 1955 ia banyak menghabiskan waktu sendirian sebagai “pria tua bijak dari Kusnach”. Setelah ia meninggal, reputasi Jung sudah mendunia tidak hanya di bidang psikologi, tetapi juga bidang filsafat, agama, dan kebudayaan populer.

2.      Tahap Perkembangan Menurut Carl Jung
Jung mengkategorikan perkembangan menjadi empat periode utama, yaitu masa kanak-kanak, masa muda, masa pertengahan dan masa tua. Ia membedakan perjalanan setiap tahapan itu dengan perjalanan ke matahari melewati langit, dengan kecerahan matahari diibaratkan sebagai faktor kesadaran.
a.       Masa Kanak-kanak
Jung membagi periode ini menjadi 3 bagian yaitu anarkis, monarkis, dan dualistis. fase anarkis anarkis dikarateristikan dengan banyaknya kesadaran yang kacau dan sporadis. “pulau-pulau kesadaran” mungkin akan tampak, tetapi sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali hubungan di atara pulau-pulau kecil ini. Pengalaman pada fase anarkis terkadang masuk ke kesadaran sebagai gambaran yang primitif yang tidak mampu digambarkan secara akuat.
Fase monarkis dari usia ini dikarakterisasikan dengan perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara logis dan verbal. Pada kurun waktu ini, anak-anak akan melihat dirinya sendiri secara objektif dan kerap mendeskripsikan diri mereka sebagai orang ketiga. “pulau-pulau kesadaran” akan berkembang semakin besar, lebih banya dan lebih dihuni oleh ego primitif, walaupun ego dipersepsikan sebagai objek dan belum disadari sebagai penerima.
Fase dualistis pada saat ego terbagi menjadi objektif dan subjektif. Sekarang anak-anak menyadari dirinya sendiri sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang terpisah.

b.      Masa Muda
Periode ini ditandai dari pubertas sampai dengan masa pertengahan disebut dengan masa muda. Anak muda mencoba bertahan untuk mencapai kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, mendapatkan pasangan, membangun keluarga, dan mencari tempat di dunia ini. Menurut jung masa muda seharusnya menjadi periode ketika aktivitas meningkat, mencapai kematangan seksual, menumbuhkan kesadaran dan pengenalan bahwa dunia dimana tidak ada masalah, seperti pada waktu kanak-kanak sudah tidak ada lagi.

c.       Masa Pertengahan (paru baya)
Jung percaya bahwa masa pertengahan atau paruh baya berawal di usia 35-40 tahun pada saat matahari telah melewati tengah hari dan mulai berjalan menuju terbenam. Walaupun penurunan ini dapat menyebabkan sejumlah orang di usia ini meningkat kecemasanna, tetapi fase ini juga merupakan sebuah fase yang potensial. Jika orang di masa pertengahan dapat memegang teguh nilai moral dan sosial pada masa kecilnya, maka mereka dapat menjadi kokoh dan fanatik dalam menjaga ketertarikan fisik dan kemampuannya. Kesehatan psikologis mereka tidak dipengaruhi oleh sukses dalam bisnis, prestise, dalam lingkungan, atau kepuasan dalam kehidupan keluarga. Mereka harus menatap kedepan dengan harapan dan antisipasi, menyerahkan gaya hidup mas muda, dan menemukan arti baru dalam masa pertengahan,

d.      Masa Tua
Pada saat masa tua atau lanjut usia menjelang, orang akan mengalami penurunan kesadaran, seperti pada saat matahari berkurang sinarnya di waktu senja. Jika orang merasa ketakutan dengan kehidupan di fase sebelumnya maka hampir bisa dipastikan mereka akan takut dengan kematian pada fase hidup berikutnya. Jung percaya bahwa kematian adalah tujuan dari kehidupan dan hidup hanya bisa dipengaruhi saat kematian terlihat.






Teori Humanistik

1.      Biografi Maslow
            Abaraham Harold Maslow mempunyai masa kecil yang paling kesepian dan paling menderita. Dilahirkan di Manhattan, New York, pada 1 April 1908, Maslow adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose Schilosky Maslow. Pada masa kecilnya Maslow dipenuhi dengan perasaan malu, rendah diri dan depresi yang kuat. Maslow tidak terlalu dekat dengan salah satu orang tuanya, tetapi ia tidak keberatan dengan ayahnya yang sering kali tidak ada disampingnya, ayahnya adalah seorang imigran keturunan Rusia-Yahudi yang bekerja mempersiapkan barel/tong. Akan tetapi, kepada ibunya Maslow merasakan kebencian dan kemarahan yang besar, tidak hanya pada masa kecilnya, tetapi juga hingga hari kematian ibunya yang hanya berjarak beberapa tahun sebelum kematian Maslow  sendiri.
            Ketika menjadi mahasiswa di City College, Maslow mendapat nilai baik di mata kuliah filosofi dan mata kuliah lain yang menarik minatnya. Akan tetapi, di mata-mata kuliah yang tidak ia sukai, ia mendapatkan nilai yang buruk sehingga ia harus menjalani masa percobaan akademis. Setelah tiga semester, ia pindah ke Cornell University di bagian utara New York. Setelah menjalani satu semester di Cornell, Maslow kembali ke City Collage of New York, kali ini alasannya adalah untuk bisa dekat dengan Bertha. Setelah terjadi sebuah peristiwa keberuntungan, tak lama kemudian Abe dan Bertha menikah, tetapi setelah berhasil mengatasi penolakan orang tuanya.
            Kehidupan Maslow diwarnai dengan rasa sakit, baik fisik maupun psikologis. Pada masa remaja, ia adalah orang yang sangat pemalu, tidak bahagia, terisolasi, dan tidak menyukai dirinya sendiri. Pada tahun-tahun kebelakang ia sering berada dalam keadaan kesehatan fisik yang kurang baik, mengalami beberapa penyakit, termasuk masalah jantung yang kronis. Pada jurnal terakhirnya pada tanggal 7 mei 1970, sebulan sebelum kematiannya, ia mengeluh tentang orang-orang yang mengharapkannya untuk menjadi pemimpin dan pembicara yang pemberani. Ia menulis : “ saya tidak mempunyai mental ‘pemberani’. Keberanian saya adalah cara untuk mengatasi segala bentuk kegugupan, kesopanan, kelembutan, sifat pemalu dan hal ini selalu membuat saya lebih ceoat lelah, tertekan, khawatir, dan sulit tidur”

2.      Teori Kepribadian Menurut Maslow
Teori kepribadian menurut maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar yang mengenai motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi. Yaitu, keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari bebrapa hal, yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncuk dari beberapa motivasiyang terpisah. Contohnya, keinginan untuk berhubungan seksual dapat termotivasi tidak hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin, tetapi jika oleh kebutuhan akan dominasi, kebersamaan, cinta, dan harga diri. Asumsi yang ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya digantikan oleh kebutuhan lain. Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang di manapun termotivasi oelh kebutuhan dasar yang sama. Bagaimana cara orang-orang di kultur yang berbeda-beda memperoleh makanan, membangun tempat tinggal, mengekspresikan pertemanan, dan seterusnya bisa bervariasi, tetapi kebutuhan dasar untuk makanan, keamanan, dan pertemanan merupakan kebutuhan yang berlaku umum untuk semua spesies.
Hierarki Kebutuhan

            Konsep Hierarki Kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi. Maslow mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut berdasarkan potensi dari masing-masing fisiologis.
1.      Kebutuhan Fisiologis
Termasuk didalamnya yaitu makanan, air , oksigen mempertahankan tubuh dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Yang termasuk didalamnya yaitu keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam.
3.      Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
Seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga.
4.      Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan ini mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai.
5.      Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin.
6.      Kebutuhan Estetika
Tidak bersifat universal akan tetapi, setidaknya beberapa orang di setiap kultur seperti termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan.
7.      Kebutuhan Kognitif
Keinginan untuk mengetahui, untuk memecahkan misteri, untuk memahami, dan untuk menjadi penasaran.
8.      Kebutuhan Neurotik
Kebutuhan ini biasanya bersifat reaktif, yaitu berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.










Teori Behavioristik

1.      Biografi Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir pada 20 maret 1904 dan tinggal disebuah kota kecil di Susquehanna, Pennsylvania. Anak pertamma dari pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi ternama, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang merawat kedua anak mereka. Skinner tumbuh dalam sebuah rumah yang nyaman, bahagia dan berada dalam kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Saat masa kanak-kanak, skinner memiliki kecenderungan terhadap bidang musik dan sajak. Sejak usia dini, ia sangat berminat untuk menjadi penulis profesional. Di akhir tahun kegelapan yang gagal ini, Skinner dihadapkan dengan suatu tugas untuk mencari karier baru. Ia pun tertarik dengan psikologi setelah membacs beberapa hasil studi dari Watson dan Pavlo, ia kemudian memutuskan menjadi pakar behaviorisme. Ia tidak pernah melepaskan keputusan ini dan memasukkan dirinya sepenuh hati kedalam behaviorisme radikal. Walaupun skinner tidak pernah mengambil kuliah psikologi dalam program sarjananya.


2.      Teori Kepribadian Menurut Skinner
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah:
Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
Tingkah laku merupakan hasil pengaruh timbal balik dari variable-variabel tertentu yang dapat diidentifikasikan, yang sepenuhnya menentukan tingkah laku. Tingkah laku individu seluruhnya merupakan hasil dari dunia objektif. Asumsi bahwa seluruh tingkah laku berjalan menurut hukum jelas mengandung implikasi tentang kemungkinan mengontrol tingkah laku. Skinner tidak banyak tertarik pada aspek-aspek tingkah laku yang sangat sukar berubah, misalnya aspek-aspek tingkah laku yang terutama dikuasai oleh warisan hereditas.
Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya mengenai peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tau bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi Skinner sangat berkeinginan memanipulasinya.
Skinner menganggap kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia-keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan bukti kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi tingkah laku manusia harus dikontrol karena Skinner yakin manusia telah merusak dunia yang di tinggalkannya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya.


sumber dari :


Feist, J & Feist (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika
Feist, J & Feist (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika


Selasa, 09 April 2013

Tugas 1 Kesehatan Mental



Kesehatan Berdasarkan Dimensinya

            Menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Adapula kesehatan berdasarkan dimensinya yaitu :
ADimensi Emosi
Seseorang dinyatakan sehat secara dimensi adalah seseorang yang dapat mengontrol atau mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya, seperti marah, dan kesal secara berlebihan. Termasuk dalam dimensi emosi, karena dapat mengontrol emosinya.


B. Dimensi Intelektual
Seseorang yang dapat memecahkan masalahnya dengan tenang, merupakan orang yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, mengendalikan kecedasannya untuk berfikir baik maupun buruk. Bagian ini termasuk dalam dimensi intelektual karna menggambarkan kecerdasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.


C. Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dalam ruang lingkup yang baik tanpa membedakan suku, ras, kepercayaan, status sosial, ekonomi dan sebagainya. Kesehatan sosial adalah seseorang yang dapat berinteraksi dengan baik kepada masyarakat dilingkungannya.

D. Dimensi Fisik
Seseorang dapat dinyatakan sehat fisik apabila dia tidak merasa dan mengeluh sakit dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami ganguan.

E. Dimensi Spiritual
Spiritual adalah kehidupan kerohanian. Spiritual sehat tercemin dari cara seseorang dalam mengekspersikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dilihat dari praktik keagamaan seseorang karena mereka mempunyai pikiran yang jernih dan tidak melakukan hal-hal dalam luar batas dan juga berpikir secara rasional.


Kesimpulan : Kesehatan mental mencakup 3 komponen yaitu fisik, intelektual dan emosional yang baik dan berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Secara fisik dilihat dari keadaan fisik yang tidak terlihat sakit, secara intelektual dengan cara berfikir orang tersebut dan secara emosional terhadap suatu masalah yang dihadapi.


                                                                                                                 

Teori Perkembangan Kepribadian

            1. Teori menurut Erik Erikson
            Erikson menggunakan tahap perkembangan psikososial yang berawal dari tahapan pertama yaitu pada masa bayi, periode ini meliputi kurang lebih setahun pertama kehidupan dan paralel dengan fase oral dalam perkembangan menurut freud. Bagi Erikson masa bayi adalah masa pembentukan, dimana  bayi menerima bukan hanya melalui mulut danum juga melalui organ indra lainnya. Tahapan kedua adalah kanak-kanak awal, periode yang paralel dengan tahap anal Freud dan meliputi kurang lebih tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan. Freud menganggap anus sebagai zona yang paling memberikan kepuasanseksual bila tersentuh (erogenous) selama periode ini dan selama dase anal-sadistis awal, anak-anak dapat membdapatkan  kesenangan dengan menghancurkan atau menghilangkan objek dan nantinya mereka mendapat kesenangan dengan membuang air besar. Bagi Erikson anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai otot sirkular yang dapat berkontraksi, namun juga menguasai fungsi tubuh lainnya, seperti buang air kecil, jalan, memegang dan seterusnya. Tahapan ketiga yaitu usia bermain, periode yang meliputi waktu yang sama dengan fase falik, sekitar usia 3 sampai 5 tahun. Erikson percaya bahwa Oedipus complex hanya merupakan perkembangan penting selama usia bermain. Erikson menyatakan bahwa selain menidentifikasikan diri dengan orang tua mereka, anak-anak usia prasekolah mngembangkan daya gerak, keterampilan berbicara, keingintahuan, imajinasi, dan kemampuan untuk menentukan tujuan. Tahap keempat adalah usia sekolah, periode ini mulai dari usia 6tahun hingga sekitar usia 12 atau 13 tahun dan cocok dengan tahun-tahun masa laten dalam teori Freud. Usia sekolah bukan berarti harus sekolah formal. Dalam budaya pandai baca dan tulis kotemporer, sekolah dan guru profesional memainkan peranan utama dalam pendidikan anak, sedangkan pada masyarakat yang belum bisa baca-tulis, orang dewasa menggunakan metode efektif yang kurang formal, namun efektif untuk mengajarkan anak-anak mereka mengenai masyarakat. Tahap kelima yaitu remaja, periode ini dari pubertas hingga masa dewasa muda, merupakan salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial kerena akhir periode ini seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Erikson melihat remaja sebagai perode latensi sosial, seperti ia melihat usia sekolah sebagai periode latensi seksual. Mereka diijinkan untuk mengalami berbagai cara untuk mencapai rasa ego indentitas. Jadi, remaja adalah fase adaptif dari perkembangan kepribadian atau periode mencoba-coba. Tahapan keenam adalah dewasa muda, masa dari sekitar usia 19 sampai 30 tahun – tidak ada batasan waktu, namun dimulai dengan adanya keintiman di awal tahapan dan perkembangan generativitas di akhir. Tahapan ketujuh yaitu dewasa, masa dimana manusia mulai mengambil bagian dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh masyarakat. Tahapan kedelapan adalah tahap usia lanjut yaitu, berusia sekitar 40 tahun ketika ia pertama kali memikirkan konsep tahapan ini dan semena-mena mendefinisikan usia lanjut sebagai periode dari usia 60 tahun sampai akhir kehidupan.


            2. Teori Sigmund Freud
           
            Meskipun Freud tidak banyak berpengalaman langsung dengan anak-anak termasuk dengan anaknya sendiri, teori perkembangannya nyaris seluruhnya membahas tentang masa kanak-kanak awal. Bagi Freud empat atau lima tahun pertama dalah tahap infantile, sangat penting bagi pembentukan kepribadian. Tahap ini dilanjutkan dengan enam sampai tujuh tahun periode laten dimana pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian pada masa puber mulailah kehidupan seksual dengan tahapan genital. Perkembangan psikoseksual kemudian mencapai puncaknya pada kedewasaan.
            Periode infantil, Freud membagi ke dalam tiga fase yang pertama fase oral dimana pada masa ini mulut merupakan organ pertama yang memberikan kesenangan pada bayi. Fase kedua adalah fase anal yaitu dorongan agresif yang pada tahun pertama kehidupan terwujud dalam bentuk sadisme oral. Dorongan ini berkembang lebih utuh di tahun kedua, saat anus muncul sebagai zona yang memberikan kepuasan seksual. Fase ketiga adalah fase falik terjadi pada kira-kira tahun ke-3 atau tahun ke 4. Fase falik yaitu masa di mana wilayah genital menjadi zona erogen utama. Tahap ini pertama kalinya lewat dikotomi antara perkembangan pria dan wanita.
            Periode laten, Freud meyakini bahwa pada tahun ke-4 dan ke-5 sampai masa puber, baik anak laki-laki maupun perempuan lazimnya, tetapi tidak selalu melalui periode perkembangan psikoseksual yag nonaktif. Fase laten ini sebagian dimunculkan oleh upaya orang tua menghukum atau mencegah aktivitas seksual. Apabila orang tua berhasil menekan aktivitas ini, maka anak akan merepresi dorongan seksual mereka dengan mengarahkan energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, serta aktivitas-aktivitas nonseksual lainnya.
            Periode genital, masa puber menandai penyadaran kembali atas tujuan seksual dan mulainya periode genital. Selama masa puber kehidupan seksual seseorang memasuki fase keduanya yang mempunyai sederetan perbedaan mendasar dari periode infantil.
            Kematangan, periode genital dimulai pada saat pubertas dan berlanjut di sepanjang hidup individu. Pada periode ini, seseorang mencapai kematangan fisiknya. Sebagai tambahan pada fase genital, Freud mengungkapkan, tetapi tidak pernah sepenuhnya mengonseptualisasikan adanya periode kematangan psikologis.


           

3. Teori menurut Gordon Allport

Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.


Daftar Pustaka

Gordon allport tokoh psikologi http://www.psychologymania.com/2010/03
Feist, J & Feist (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika